Progo adalah nama sebuah toko swalayan barang-barang dapur dan home apliences yang terletak di dekat hotel Melia Purosani. Disitu dijual segala barang keperluan sehari-hari terutama yang berhubungan dengan dapur, antara lain piring dan teman-temanya, kompor dan teman-temanya, anduk dan teman-temanya, hingga barang elektronik sejenis blander dan maksimal televisi. Untuk warga Jogja toko ini adalah referensi untuk membeli barang -barang keperluan rumah tangga sehingga setiap hari padat dikunjungi ibu-ibu yang berminat melengkapi aksesories dapurnya.
Kita ingin berbagi pengalaman dengan toko swalayan tersebut. Suatu hari kita bersama istri anak mampir ke Progo kira-kira jam 11 siang , sehabis menjemput anak pulang sekolah hari sabtu digunakan untuk melihat-lihat apakah ada barang yang dapat kita beli. jalan yang kita lalui adalah jalur selatan masuk lewat jalan disebelah timur Taman Pintar, masuk ke basement yang merupakan tempat parkir, sudah kelihatan bahwa tempat perkirnya teramat crowded, mobil terparkir tidak rapi, malang melintang tidak jelas susunanya.
Karena suasana di dalam, panas gaduh, dan tidak ada barang yang kita cari akhirnya kita memutuskan untuk segera meninggalkan toko tersebut dan terpaksa harus antri karena si anak minta dibelikan minuman dan snak , ketika harus membayar dikasir tampak antrian panjang, mengular.
Kira kira waktu yang diperlukan di Progo hanya maximal 2 jam itupun karena harus antri, kembali ke mobil dan keluar meolalui pintu timur. Ketika harus membayar ada disecarik kertas yang ditempel diloket tarif parkir yang kita harus banyar adalah RP 10.000.(terbilang sepuluh ribu rupiah). Kami sempat heran kok tarifnya mahal sekali, bahkan itu adalah tarif parkir yang paling mahal di Jogjakarta, bayangkan saja di airport Jogjakarta saja tarif parkirnya hanya RP 2500/jam di Amplaz tarif parkirnya hanya RP 3.000/ jam. “Wah ini bisnis yang tidak baik, Progo itu toko yang kumuh, pasang harga parkir kok mahal bahkan paling mahal di seluruh tempat parking di Jogjakarta”
Pengalaman ini saya tulis agar and tidak menjadi korban berikutnya.
Catatan harian dari Jogjakarta 